Rabu, 09 September 2015

buku ajar askeb patologis










BBUKU AJAR
ASKEB PATOLOGIS









TINJAUAN MATA KULIAH


A.  Deskripsi Mata Kuliah
Program Studi         : D III Kebidanan
Mata Kuliah                        : Askeb IV (Patologi)
Kode Mata Kuliah   : Bd. 407
Semester                 : IV
Dosen Pengampu    : Maya Inez Erysna
B.   Kegunaan Mata Kuliah Bagi Mahasiswa
Dengan adanya mata kuliah asuhan kebidanan kebidanan IV (Askeb Patologi) diharapkan mahasiswa menjadi lebih kompeten dan lebih profesional dalam :
1.   Menjelaskan prinsip deteksi dini ibu dengan kelainan, komplikasi dan penyulit yang lazim terjadi dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
2.   Menjelaskan penyakit penyerta pada ibu dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas.
3.   Melaksanakan deteksi dini kehamilan, komplikasi dan penyulit kehamilan, persalinan dan nifas.
4.   Melaksanakan asuhan pada wanita / ibu dengan kelainan, komplikasi dan penyulit dalam kehamilan, persalinan dan nifas dan gangguan sistem reproduksi
5.   Melaksanakan pendokumentasian sesuai dengan format yang tersedia di institusi pelayanan
6.   Melaksanakan rujukan berdasarkan standar praktek kebidanan dan protap.
C.  Kompetensi
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prinsip deteksi dini ibu dengan kelaianan, komplikasi, penyakit yang lazim terjadi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas
D.  Susunan Bahan Ajar
1.    Prinsip deteksi dini ibu dengan kelainan, komplikasi dan penyulit yang lazim terjadi dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
2.    Penyakit penyerta pada ibu dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas.
3.    Deteksi dini kehamilan, komplikasi dan penyulit kehamilan, persalinan dan nifas.
4.    Asuhan pada wanita / ibu dengan kelainan, komplikasi dan penyulit dalam kehamilan, persalinan dan nifas dan gangguan sistem reproduksi
5.    Pendokumentasian sesuai dengan format yang tersedia di institusi pelayanan
6.    Rujukan berdasarkan standar praktek kebidanan dan protap.
E.   Petujuk bagi mahasiswa
Mahasiwa dapat mempelajari bahan ajar (modul) ini dan membaca referensi yang direkomendasikan  sebagai buku acuan yang sudah ada.

BAB  I PENDAHULUAN


A.       Deskripsi Singkat
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan pelayanan kebidanan Patologis tentang prinsip deteksi dini ibu dengan kelaianan, komplikasi, penyakit yang lazim terjadi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas.
B.       Manfaat Relevansi
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memahami Asuhan Kebidanan Patologis
C.       Indikator ( Tujuan Khusus )
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prinsip deteksi dini ibu dengan kelaianan, komplikasi, penyakit yang lazim terjadi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas.
D.       Saran Petunjuk Belajar dan Urutan Bahasan
Untuk memudahkan pembelajaran mengenai prinsip deteksi dini ibu dengan kelaianan, komplikasi, penyakit yang lazim terjadi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas
E.       Entry Behavior
Mahasiswa mampu mengusa askeb patologis

BAB II PENYAJIAN


A.       Uraian dan Contoh
1.    Prinsip Deteksi Dini Terhadap Kelainan, Komplikasi Dan Penyulit
 Pada Ibu Hamil
Kehamilan melibatkan perubahan fisik  maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga. Seorang ahli medis menghadapi suatu tugas yang tidak biasa dalam memberikan dukungan pada ibu dan keluarganya dalam merencanakan penyambutan anggota keluarga yang baru, memantau perubahan-perubahan fisik yang normal yang dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga mendeteksi serta menatalaksana setiap kondisi yang tidak normal.
            Sistem penilaian resiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama kehamilannya. Oleh karena itu, pelayanan/asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi kehamilan.
            Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya. Kebijakan teknis yang dilaksanakan adalah :
a.       Mengupayakan kehamilan yang sehat
b.      Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan
c.       Persiapan persalinan yang bersih dan aman
d.      Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.



Pemeriksaan kehamilan dini (early anc detection)
Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan / dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan / asuhan antenatal.Ketika seorang ibu mulai mendapatkan tanda presumtif hamil seperti :
a.       Amenorhe
b.      mual dan muntah
c.       Mengidam
d.      Pingsan
e.       pembesaran payudara dan lain-lain.
f.       Atau ketika dia menemukan tanda mungkin hamil seperti :
g.       Pembesaran perut     
h.      Tes kehamilan positif
i.        Tanda hegar
j.        Tanda piscazek
k.      anda pembesaran uterus dan lain-lain
Kebijakan program untuk kunjungan ante natal minimal 4 kali selama kehamilan, terdiri dari :
a.       1 kali pada trimester pertama
b.      1 kali pada trimester kedua
c.       2 kali pada trimester ketiga
Pelayanan standar minimal yang diperoleh harus mencakup “ 7 T ”
a.       Timbang berat badan
b.      Ukur Tekanan darah
c.       Ukur Tinggi Fundus Uteri
d.      Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap
e.       Pemberian Tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan (fe 60 mg, asam folat 500 ug).
f.       Tes terhadap penyakit menular seksual
g.       Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
            Dengan adanya kontak dini khususnya pada trimester I, maka akan memudahkan kita dalam mendeteksi adanya kelainan atau komplikasi yang mungkin dialami oleh ibu hamil dalam kehamilannya.
a.       Skrining untuk deteksi
1)      Kunjungan I (16 minggu) dilakukan untuk :
a)      Penapisan dan pengobatan anemia
b)      Perencanaan persalinan
c)      Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
2)      Kunjungan II (24 – 28 minggu), dilakukan untuk :
a)      Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
b)      Penapisan preeklampsi, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan
c)      Mengulang perencanaan persalinan
3)      Kunjungan III (32 minggu), dilakukan untuk :
a)      Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
b)      Penapisan preeklampsi, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan
c)      Mengulang perencanaan persalinan
4)      Kunjungan IV (36 minggu), dilakukan untuk :
a)      Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
b)      Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
c)      Memantapkan rencana persalinan
d)      Mengenali tanda-tanda persalinan.
                     Deteksi dini pada kala I
a.       Insersia Uteri
Tanda dan gejala :
1)    His tidak adekuat
2)    <2 kali dalam 10 menit <20 detik
Manajemen :
1)    Nutrisi cukup
2)    Mbilisasi/ubah posisi
3)    Upayakan kandung kemih/rectum kosong
4)    Rangsang putting susu
b.      Denyut jantung janin :
Tanda dan gejala :
1)    <120 kali dalam 1 menit
2)    >160 dalam 1 menit
Manajemen :
1)   Beri oksigen
2)   Ibu berbaring miring kiri
3)   Pantau DJJ tip 15 menit
4)   Bila dalam 1 jam tidak normal, rujuk
c.       Dilatasi serviksTanda dan gejala :
1)      Fase laten > 8 jam
2)      Dilatasi serviks dikanan garis wspada dalam partograf
Manajemen
1)      Rujuk
d.      Cairan ketuban
Tanda dan gejala :
1)    Bercampur mekonium
2)    Air ketuban hijau kental
3)    Berbau
Manajemen :
1)    Beri oksigen
2)    Beri antibiotic
3)    Rujuk dengan ibu miring kiri
4)    Tekanan darah
Tanda dan gejala :
1)    Bila TD naik hingga >160110 mmHg
2)    Pusing hebat
3)    Mata berkunang-kunang
4)    Kejanng
Manajemen :
1)    Infus cairan RL
2)    Rujuk
e.       Ring bandle
Tanda dan gejala :
1)      Nyeri yang hebat pada perut bagian bawah
2)      Kontraksi hipotonik
3)      Muncul tanda-tanda pre syok
4)      Fetal distress
Manajemen :
1)    Infus cairan RL
2)    Rujuk
3)    Suhu
Tanda dan gejala :
1)   Suhu > 38Oc
Manajemen :
1)   Istirahat baring
2)   Minum banyak
3)   Kompres untuk menurunkan suhu
4)   Bila dalam 4 jam suhu tidak turun, beri antibiotik dan rujuk
Deteksi dini pada kala II
a.       Tali pusat menumbung
Tanda dan gejala:
1)   Teraba tali pusat saat PD
Manajemen :
1)    Bila DJJ +, rujuk dengan posisi terlentang dan kepala janin ditahan oleh 2 jari penolong dari dalam vagina
2)    Ibu dengan posisi sujud bokong lebih tinggi dari kepala
3)    Bila DJJ-, beritahu ibu/keluarga tenatang kondisinya dan penatalaksannannya sesuai persalinan kala I
b.      Perubahan DJJ
Tanda dan gejala :
1)    Takikardi (>160 dlm 10 menit)
2)    Bradikardi (<100 dlm 10 menit
Manajemen:
1)    Pantau DJJ tiap 15 menit
2)    Beri O2
3)    Ubah posisi ibu dengan miring kiri
4)    Periksa adanya prolapsus tali pusat
5)    Pastikan lama persalinan yang diharapkan
6)    Bila tidak ada perbaikan, segera rujuk
7)    Keleahan maternal
Tanda dan gejala :
1)    Ibu tampak lemah
2)    Apatis
3)    Dehidrasi
4)    Suhu dan nadi meningkat
Manajemen:
1)    Pencegahan adalah cara yang terbaik
2)    Koreksi ketidak seimbangan cairan lektrolitRujuk bila keadaan menurun
Deteksi dini pada kala III
1.    Tidak adanya tanda-tanda pelepasan plasenta
2.    Plasenta tidak lepas dalam 15 menit setelah bayi lahir dan beri oksitosin
3.    Uterus tidak berkontraksi
4.    Perdarahan yang abnormal
Komplikasi Dan Penyulit Pada Masa Kehamilan Trimester I dan II
1.    Anemia Dalam Kehamilan
          Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal.
Ukuran hemoglobin normal:
a.    Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram – 18 gram
b.    Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram – 16 gram
 Tingkat pada anemia
a.    Kadar Hb 10 gram – 8 gram disebut anemia ringan
b.    Kadar Hb 8 gram – 5 gram disebut anemia sedang.
c.    Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
            Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh
          Baik di negara maju maupun di negara berkembang, seseorang disebut menderita anemia bila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr%, disebut anemia berat, atau bila kurang dari 6 gr%, disebut anemia gravis.
          Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12-15 gr% dan hematokrit 35-54%. Angka-angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil; terutama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrot dan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal. sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan 1 dan sekali lagi pada triwulan akhir. Penyebab anemia umumnya adalah:
a.    Kurang gizi (malnutrisi)
b.    Kurang zat besi dalam diet
c.    Malabsorpsi
d.    Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
Gejala Anemia
             Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.
Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan, Persalinan dan Nifas:
a.       Keguguran
b.      Partus prematurus
c.       Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah
d.      Atonia uteri dan menyebabkan pendarahan
e.       Syok
f.       Afibrinogenemia dan hipofibrinogenemin
g.       Infeksi intrapartum dan dalam nifas
h.      Bila terjadi anemia gravis (Hb di bawah 4 gr%) terjadi payah jantung yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan. Bahkan basa fatal.
Pengaruh Anemia terhadap Hasil Konsepsi :
Hasil konsepsi (janin, plasenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah merah dan pertumbuhannnya, yaitu sebanyak berat besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan besi dalam hati, limpa, dan sumsum tulang.
Selama masih mempunyai cukup persediaan besi, Hb tidak akan turun dan bila persediaan ini habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada bulan ke 5-6 kehamilan, pada waktu janin membutuhkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah:
a.    Kematian mudigah (keguguran)
b.    Kematian janin dalam kandungan
c.    Kematian janin waktu lahir (stillbirth)
d.    Kematian perinatal tinggi
e.     Prematuritas
f.     Dapat terjadi cacat bawaan
2.    Hiperemesis Gravidarum
a.    Definisi
     Hiperemesis gravidarum adalah mual – muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan bahkan membahayakan hidupnya. (Manuaba, 2001)
     Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum. (Sastrawinata, 2004)
     Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana penderita mengalami mual- muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan. (Achadiat, 2004)
b.    Etiologi
Penyebab hiperemesisi gravidarrum belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor mempunyai pengaruh antara lain:
1)      Faktor Predisposisi, sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, kehamilan ganda karena peningkatan kadar HCG
2)      Faktor Organik, karena masuknya Vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan matabolik akibat hamil dan resistensi ibu yang menurun dan alergi merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak
3)      Faktor psikologik, memegang peranan yang sangat penting, misalnya rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu.
4)      Faktor endokrin lain, diabetes, hipertiro
c.    Gejala Dan Tingkat
Menurut berat dan ringannya dibagi menjadi 3
1)      Tingkat I : Ringan
Mual muntah terus menerus yang menyebabkan penderita lemah, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, nyeri epigastrium nadi sekitar 100x/mnt, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit berkurang, lidah kering, mata cekung.
2)      Tingkat II : Sedanng
Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah, lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi kecil dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi, dapat pula terjadi asotonuria, dari nafas berbau aseton
3)      Tingkat III : Berat
Keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma, nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi berat, suhu badan naik, tensi turun sekali, ikterus. Dapat terjadi ensekalopati wernicke.
d.    Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah.
e.    Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis gravidarum dengan cara :
1)      Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik
2)      Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3)      Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering
4)      Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, erlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan dengan teh hangat.
5)      makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
6)      Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
7)      Defekasi teratur
8)      Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
f.     Penatalaksanaan
 Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan :
1)      Obat – obatan
a)    Sedativa : phenobarbital
b)   Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B – kompleks
c)    Anti histamin : Dramamin, avomin
d)   Anti emetik (pada keadan lebih berat) : Disiklomin hidrokhloride. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
2)      Isolasi
a)    Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik
b)   Catat cairan yang keluar masuk.
c)    Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan.
d)   Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam.
3.    Abortus
a.    Definisi
     Abortus provocatus adalah istilah Latin yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Maksudnya adalah dengan sengaja mengakhiri kehidupan kandungan dalam rahim seseorang perempuan hamil. Karena itu abortus provocatus harus dibedakan dengan abortus spontaneus, dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus spontan”.
     Secara medis abortus dimengerti sebagai penghentian kehamilan selama janin belum viable, belum dapat hidup mandiri di luar rahim, artinya sampai kira-kira 24 minggu atau sampai awal trimester ketiga.
     Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin viable (yang mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia kehamilan 20 minggu. (terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22 minggu)
b.    Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
1)      Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah:
2)      Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
3)      Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
4)      Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.
5)      Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
6)      Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis
7)      Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
c.    Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (lighted ovum) janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
d.    Manifetasi Klinis
1)      Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
2)      Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3)      Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
4)      Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus
e.    Pemeriksaan ginekologi :
1)      Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva
2)      Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dario ostium.
3)      Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.
f.     Pemeriksaan Penunjanng
1)      Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus
2)      Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3)      Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
g.    Komplikasi
1)      Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
2)      Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah
Jenis –Jenis Abortus
Berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan, abortus dibagi atas :
a.     Abortus Iminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
1)      Ciri : perdarahan pervaginam, dengan atau tanpa disertai kontraksi, serviks masih tertutup Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan bahkan sampai kehamilan aterm dan lahir normal. Jika terjadi kematian janin, dalam waktu singkat dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin dilakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin dan gerakan janin. Jika sarana terbatas, pada usia di atas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba didengarkan dengan alat Doppler atau Laennec. Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan, karena mempengaruhi rencana penatalaksanaan / tindakan.
2)      Penatalaksanaan
a)    Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang.
b)   Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas.
c)    Tes kehamilan dapat dilakuka. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
d)   Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 -1.000 mg
e)    Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
f)    Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
b.   Abortus Insipie
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih berada di dalam uterus. Ciri : perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin kuat makin sering, serviks terbuka.
Penatalaksanaan :
1)      Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin
2)      Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.
3)      Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam deksrtose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
4)      Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
c.    Abortus Inkomplit
             Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
1)   Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan keluar.
d.   Penatalaksanaan :
1)   Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi dara
2)   Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuskular.
Komplikasi dan Penyulit Pada Kehamilan Trimester II
a.       Solusio Plasenta
            Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gram. Istilah solusio plasenta juga dikenal dengan istilah abruptio plasenta atau separasi prematur dari plasenta. Plasenta dapat lepas seluruhnya yang disebut solusio plasenta totalis atau terlepas sebagian yang disebut solusio plasenta parsialis atau terlepas hanya pada sebagian kecil pinggir plasenta yang sering disebut ruptur sinus marginalis.
b.      Plasenta Previa
            Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang tidak normal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Implantasi yang normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus uteri. klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.
c.       Persalinan premature
            Persalinan prematuritas (prematur) dimaksudkan dengan persalinan yang terjadi diantara umur kehamilan 29-36 minggu, dengan berat badan lahir kurang dari 2,5 kg. persalinan prematuritas merupakan masalah besar karena dengan berat janin kurang dari 2,5 kg dan umur kurang dari 36 minggu, maka alat-alat vital (otak,jantung ,paru,ginjal) belum sempurna, sehingga mengalami kesulitan dalam adaptasi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Sekali pun sudah dapat dirawat bayi dengan berat antara 1,5 sampai 2,5 kg untuk dapat bertahan hidup, tetapi masih diragukan kemungkinan untuk memiliki kemampuan dan kualitas yang diharapkan sebagai sumber daya manusia.
d.      Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahikan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia 37 minggu. KDP yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan
2.    Deteksi Dini Penyulit Persalinan
Pemantauan Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan partograf dimulai pada pembukaan 4 cm fase aktif. Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan itu normal atau dengan komplikasi. Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan, asuhan, pengenalan penyulit dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Kegunaan utama dari patograf adalah :
1.      Mengamati dan mencatat informasi kemajuan berjalan normal dan mendeteksi dini persalinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan lama.
a.    Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan mendeteksi dini peralinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan lama.
b.    Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan menbantu penolong persalinan untuk :
1)   mencatat kemajuan persalinan.
2)   mencatat kondisi ibu dan janinnya.
3)   mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
4)   menggunakan informasi yang tercatat untuk seacara dini mengidentifikasi adanya penyulit.
5)   menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.
Halaman depan partograf mencantumkan :
a.       Informasi tentang ibu
b.      Kondisi janin
c.       Kemajuan persalinan
d.      Jam dan waktu
e.       Kontraksi uterus
f.       Obat-obat dan cairan yang diberikan
g.      Kondisi ibu
Partograf harus digunakan :
a.       untuk semua ibu pase aktif kala I persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus digunkan, baik tanpa apapun adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.
b.      Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat ( rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll )
c.       Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepala ibu selama persalinan dan kelahiran ( spesialis obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran )
d.      Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Pencatatan selama fase laten persalinan.
Kala satu dalam persalinan dibagi menjadi fase laten dan fase aktif yang dibatasi oleh pembukaan servik
a.       Fase Laten : pembukaan servik kurang dari 4 cm
b.      Fase Aktif : pembukaaan servik dari 4 sampai 10 cm.
Selama fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat direkam secaara terpisah dalam catatan kemajuan persalinan atau pada Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuahan dan intervenís harus dicatat.
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secra seksama, yaitu :
a.       jantung janin : setiap ½ jam
b.      Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam.
c.       Nadi : setiap ½ jam.
d.      Pembukaan servik : setiap 4 jam.
e.       Penurunan : setiap 4 jam.
f.       Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam
g.      Produksi urine, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4 jam.
Jika ditemui tanda – tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi, harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila dalam diagnosa ditetapkan adanya penyulit dalam persalinan. Jka frekwensi kontraksi berkurang dalam satu tay dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu dipulangkan dan dipesankan untuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur dan lebih sering. Jika asuhan dilakukan dirumah, penolong persalinan boleh meninggalkan ibu hanya setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondis baik. Pesankan pada ibu dan keluargannya untuk memberitahukan penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekwensi kontraksi.
Pencatatan selama fase aktif persalinan ( partograf )
1.    informasi tentang ibu.
Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai : ’ Jam’ pada partograf dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketubann
2.    Keselamatan dan kenyamanan janin.
Denyut jantung janin. Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian pemeriksan fisik dalam bab ini, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit ( lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin ). Setiap kotak pada bagian ini, menunjuka waktu 30 menit. Skala angka disebelah kolom paling kiri menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan memberikan tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus. Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal angka 180 dan 100. tetapi, penolong sudah harus waspada bila DJJ di bawah 120 atau diatas 160.
3.    Warna dan adanya air ketuban.
Nilai air ketuban setiap kali dilakukanpemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan- temuan dalam kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ.
Gunakan lambang-lambang berikut ini :
U   : Ketuban utuh ( belum pecah )
J     : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.
M   : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium.
D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah.
e. K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering )
4.    Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukan adanya gawat janin.
Jika terdapat mekonium,pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda dawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin ( denyut jantung janin < 100 atau < 180 kali permenit ), ibu segera dirujuk kefasilitas kesehatan yang sesuai. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibuke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir.
5.    Molase ( penyusupan kepala janin )
Penyusupan adalah indicator penting seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keraspanggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjukan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul ( CPD). Ketidak mampuan akomodasi akanbenar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tndakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang ke fasilitas kesehatan yang memadai. Setiap kali melakukn pemeriksaan dalam, nilai penyusup kepala janin. Catat temuan di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban.
Gunakan lambang-lambang berikut ini :
0 : tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi.
1 : tulang- tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : tulang –tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan.
3 : tulang – tulang kepala janin tupang tindih dan tidak dapat dipisahkan.
6.    Kemajuan Persalinan.
Pembukaan Servik. Dengan menggunakan metode yang dijelaskan dibagian pemeriksan fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan servik setiap 4 jam ( lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda ’ X ” harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan servik. Beri tanda untuk temuan – temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungankan tanda ’ X ’ dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh ( tidak terputus )
7.    Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan servik (setiap 4 jam) lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serik umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan servik umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turnnya bagian terbawah /presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviksebesar 7 cm. Kata-kata ” turunnya kepala ” dan garis tidak terputus dari 0-5 tertera disisi yang sama dengan angka pembukaan servik. Berikan tanda ” O ” pada garis waktu yang sesuia. Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tulis tanda ”O” dinomer 4, hubungkan tanda ” O ” dari setiap pembukaan dengan garis tidak terputus.
8.    Garis Waspada dan garis Bertindak.
Garis waspada dimuali pada pembukaan servik 4 cm dan berakhir pada titik di mana pembukaaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm / jam. Pencatatan selam faseaktif persalinan harus dimulai digaris waspada jika pembukaan ervik mengarah kesebelah kanan garis waspada ( pembukaan < 1 cm/jam ), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit ( misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll ). Perimbangkan pula adanya tindakan interfensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan ( rumah sakit atau puskesmas ) yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur kesisi kanan. Jika pembukaan servik berada disebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tib ditempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
9.    Jam dan Waktu
Waktu mulainya fase aktif persalinan . Dibagian bawah partograf ( pembukaan servik dan penurunan ) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1 -16. setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan. Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif. Tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menytakan 1 jam penuh dan berkaitan dengan 2 kotak waktu 30 menit pada lajur kotak diatasnya atau lajur kontraksi dibawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan catatkan pembukaan servik digaris waspada kemudian catatkan wakyu aktual pemeriksaan ini dikotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukan ibu mengalami pembukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda X digaris waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera disisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu dibawahnya ( kotak ketiga dari kiri )
10.     Kontaraksi Uterus.
Persalinan yang normal disertai his yang normal. Pada persalinan normal, makin lanjut persalinan berlangsung, his akan makin lama, makin sering dan semakin sakit. Mengamati his. Pengamatan his dilakukan setiap jam dalam fase laten, dan setiap setengah jam dalam fase aktif.
Yang harus diamati adalah :
a.       frekuensi : diukur jumlah his / 10 menit
b.      lama : dalam detik dari permulaan his terasa dengan palpasi perut sampai hilang.
c.       Mencatat his pada partograf : Di bawah garis waktu, ada 5 kotak kosong melintang sepanjang partograf, yang pada sisi kirinya tertulis “ his/10 menit”. Satu kotak menggambarkan satu his. Kalau ada 2 his dalam 10 menit, ada 2 kotak yang diarsir.
Ada 3 cara mengarsir :
a.       < 20 detik ( berupa titik-titik)
b.       2. 20-40 detik (garis miring/arsiran)
c.       3. > 40 detik ( dihitamkan penuh).
11.     Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan intravena dan dalam satuan tetesan per menit.
12.     Obat-obatan lain dan cairan intravena
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan atau cairan intravena dalam kotak yang seuai dengan kolom waktunya.
13.     Kesehatan dan kenyamanan ibu
Nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh
Angka disebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
a.    Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persallinan. (lebih sering jira dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom yang sesuai (.)
b.    Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalian (lebih sering jira dianggap akan ada penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai :
c.    Nilai dan catat temperatur tubuh ibu ( lebih sering jira meningkat, atau dianggap adanya infeksi ) setiap 2 jam dan cataat temperatur tubuh dalam kotakyang sesuai Volume urine, protein, aseton.
d.   Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jira memungkinkan setiap ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya saetón atau proten dalam urine.
e.    Asuhan , pengamatan dan keputusan klinik lainnya.
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinikn disisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan dalam persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.

B.       Ilustrasi
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL FISIOLOGIS
PADA NY.... UMUR.... TAHUN  G..P..A.. HAMIL ...MINGGU
DI .......
                        I.     PENGKAJIAN
Tanggal… Jam …Tempat……
A.       ANAMNESA
1.   Biodata
Biodata Ibu
a.          Nama ibu :…
b.          Umur :...
c.          Pendidikan :…
d.         Pekerjaan :…
e.          Agama :…
f.           Suku Bangsa
g.          Alamat
Biodata Suami
a.          Nama : …….
b.         Umur : …….tahun
c.          Pendidikan : …..
d.         Pekerjaan : ……..
e.          Agama : ……….
f.          Suku Bangsa : ………
g.         Alamat : ……….
2.        Alasan kunjungan
3.        Keluhan utama
4.        Riwayat persalinan
5.        Riwayat Kesehatan
a.     Penyakit kardiovaskuler
1.    Jantung
2.    Hipertensi
b.     Penyakit Sistem Pernafasan
1.    TBC
2.    Ashma Bronchial
c.    Penyakit Sistem Gastrointestinal
1.    Hernia
2.    Hepatitis
d.    Penyakit Sistem Endrokin
1.    Diabetes Melitus
2.    Hipertiroid
3.    Hipotiroid
e.    Penyakit Sistem Reproduksi
1.    Mioma Uteri
2.    Kista vagina
f.     Penyakit  Sitem Urogenital
1.    Ginjal
2.    UTG(Urinarium Tractus Genetalis)
g.         Penyakit Sistem Saraf
1.    Epilepsi
h.         Penyakit Menular
1.    HIV dan virus Hepatitis
2.    Sifilis
6.    Riwayat obstetri
a.    Riwayat Haid
1.    Menarche
2.    Siklus
3.    Sifat darah
4.    Dismenorhea
5.    Jumah darah
6.    HPHT [Hari Pertama Haid Terahir]
7.    HPL
b.        Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Tahun

Kehamilan

Persalinan

Nifas
Keadaan anak sekarang
UK
ANC
tempat
Penolong
JK
BB/PB
Jenis partus
Penyulit














c.         Riwayat Kehamilan Sekarang
1.  Riwayat ANC
2.  Imunisasi
d.        Riwayat KB
7.        Kegiatan Terakhir
a.    Makan dan minum
b.   Eliminasi
c.    Aktivitas
d.   Istirahat
e.    Pola Personal Hygiene
f.                      Pola Seksual
8.         Riwayat Perkawinan
9.         Keadaan Ekonomi
10.     Aspek Psikologis
11.     Data Spiritual
12.     Data Sosial Budaya
13.     Kebiasaan yang dapat Merugikan Kesehatan
14.     Data Pengetahuan
B. PEMERIKSAAN FISIK
1.    Pemeriksaan Umum
a.  Keadaan umum : baik / buruk, tampak kesakitan / tidak
b.  Kesadaran : Compos mentis / apatis
c.  Vital sign : TD, Nadi, Respirasi, Suhu.  
d. Tinggi badan
e.  Berat badan
2.    Status Present
a.  Kepala
Ø   Rambut :
Ø   Muka / pipi :
Ø   Mata :
Ø   Hidung :
Ø   Mulut/ gigi :
Ø   Bibir :
Ø   Telinga :
b.    Leher
Ø    Penonjolan vena jugularis
Ø    Kelenjar tiroid
c.     Dada
Ø    Mammae         :
Ø    Pembesaran kelenjar limfe
d.    Abdomen
e.     Anogenital
f.     Ekstremitas
3.    Pemeriksaan Obstetri
a.  Inspeksi
Ø  Mammae :
Ø  Abdomen           :
b.    Palpasi
Ø Abdomen : Tinggi fundus uteri harus diukur dan dibandingkan dengan tinggi yang diharapkan menurut hari pertama haid terakhir (Taber, B. 1994 : 369)
§ Leopold I
§ Leopold II
§ Leopold III
§ Leopold IV
§ TBJ =  BB       : (MD – N) x 155 )
c.    Auskultasi
4.    Pemeriksaan Penunjang
§  Laboratorium  
§  Hb
§  Protein Urine
§  Urine Reduksi

                II.     INTERPRETASI DATA
A.  Diagnosa Kebidanan
B.  Diagnosa Masalah
             III.     DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
             IV.     KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA, KONSULTASI, DAN  KOLABORASI
                V.     RENCANA TINDAKAN
             VI.     IMPLEMENTASI
          VII.     EVALUASI
PENANGGUNG JAWAB

TTD

NAMA TERANG

BAB III PENUTUP


A.     Rangkuman
Kehamilan melibatkan perubahan fisik  maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga. Seorang ahli medis menghadapi suatu tugas yang tidak biasa dalam memberikan dukungan pada ibu dan keluarganya dalam merencanakan penyambutan anggota keluarga yang baru, memantau perubahan-perubahan fisik yang normal yang dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga mendeteksi serta menatalaksana setiap kondisi yang tidak normal. Komplikasi dan penyulit pada kehamilan adalah anemia, hiperemesis, perdarah pervaginam, ketban pecah dini dan pre eklamsi.
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan partograf dimulai pada pembukaan 4 cm fase aktif. Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan itu normal atau dengan komplikasi. Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan, asuhan, pengenalan penyulit dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
B.     Tes Formatif dan Kunci Jawaban
1.        Apa yang dimaksut dengan infeksi masa nifas?
2.        Apa tujuan dari pemantauan partograf?
3.        Jelaskan pengertian KPSW (ketuban pecah sebelum waktunya) dan sebutkan apa Bahaya KPSW bagi ibu dan janin
4.        Pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar adalah pengertian dari?
5.        Jelaskan pengertian dari anemia?
6.        Sebutkan klasifikasi robekan perinium?
7.        Apa pengaruh anemia terhadap kehamilan?
8.        Apa yang disebut atonia uteri?
9.        Sebutkan macam-macam komplikasi pada ibu hamil trimester I, II, III 
10.    Apa yg dimaksut dengan bayi prematur?
Jawaban :
1.        Infeksi nifas merupakan masuknya bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan. Kenaikan suhu sampai 38 derajat serius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama
2.        Untuk memantau kemajuan dalam persalinan
3.        Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya, yaitu sebelum terjadinya proses persalian. Bahaya bagi ibu yaitu infeksi, pada janin yaitu gawat janin, dan infeksi
4.        INC ( Intra natal care)
5.        Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal.
6.        Robekan prinium TK I, TK II, TK III
7.        Keguguran, Partus prematurus, Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah, Atonia uteri dan menyebabkan pendarahan, Syok, Afibrinogenemia dan hipofibrinogenemia, Infeksi intrapartum dan dalam nifas
8.        Atonia uteri adalah tidak adanya kontraksi 15 menit setelah plasenta lahir
9.        Anemia, Hiperemesis, abortus, solusio plasenta, plasenta previa, dan ketupan pecah dini
10.    Bayi prematur adalah lahirnya janin pada usia kandungan 28-36 minggu.
C.     Tindak Lanjut

I.     DAFTAR PUSTAKA
Saifudin. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatus. Jakarta : Rineka Cipta

Fadlun dkk. 2011. Asuhan Kebidan Patologis. Jakarta : Salemba Medika
Esti, Nugraheni. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka
Fadlun dan Ahmad feryanto. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika

Rukiyah dkk. Asuhan kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta : Trans Info Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar